SABUNG AYAM – Salah satu legenda hidup Manchester United, Park Ji Sung adalah contoh bakat terbaik Asia yang merasakan atmosfer kompetisi sepakbola Eropa. Bahkan bisa dibilang, Park adalah pemain Asia tersukses di Eropa, baik dari sisi gengsi klub yang pernah dibelanya maupun jumlah trofi yang dikoleksinya.
Pemain asal Korea Selatan itu benar-benar mewakili profil orang Asia. Kendati pernah malang melintang di berbagai klub Eropa, dia tetap polos, senang bercanda, sama sekali tidak berusaha menunjukkan kebintangannya dan terlihat apa adanya.
Bahkan dalam sesi wawancara, terlihat dia tak banyak berpikir jawaban apa yang akan diberikan. Lepas dan tanpa beban.
Park Ji Sung layak menjadi inspirasi Asia. Kerja kerasnya sebagai pesepakbola hingga bermain di klub top Eropa pantas ditiru, terutama bagi pemain di wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia yang masih kesulitan mengirim pemain ke Eropa.
Dia juga layak menjadi panutan bagi pemain Asia karena tak memiliki kelebihan secara fisik. Dengan tinggi badan 175 cm, dia mewakili postur rata-rata orang Asia dan sekaligus itu membuktikan bahwa postur tinggi bukan alasan mutlak untuk bisa sukses di Eropa.
Dalam acara Clear Ayo! Indonesia Bisa Academy di Malang, Jawa Timur, media sempat mewawancarai Park Ji Sung. Sesuai impian Indonesia yang ingin memiliki pemain yang berlaga di Eropa, wawancara difokuskan pada aspek-aspek inspiratif yang mungkin bisa dipelajari pemain muda negeri ini.
SABUNG AYAM Tanya (T): Indonesia punya mimpi besar melihat pemainnya bermain di klub besar Eropa. Apa yang dibutuhkan Indonesia agar itu menjadi nyata?
Park Ji Sung menjawab (J): Indonesia perlu menyiapkan kualitas pemain, khususnya pemain muda, di berbagai aspek. Tidak hanya bagaimana pemain memainkan bola di lapangan, tapi juga menguatkan mental, memberikan support agar pemain memiliki pola hidup yang baik dan siap dengan tantangan besar. Dan tentu saja memperbanyak akademi sepakbola dan terus memperbaiki pola latihan.
T: Apakah Indonesia dan negara Asia Tenggara punya potensi untuk mengikuti kesuksesan Korea Selatan?
J: Saya yakin begitu. Saya melihat ada perkembangan yang pesat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Mulai banyak akademi dan program scouting seperti ini (Clear Ayo! Indonesia Bisa Academy 2015). Itu sebuah langkah yang bagus dan jika terus bekerja keras maka suatu saat pasti ada pemain Indonesia yang sukses di Eropa. Harus terus berusaha.
T: Problem lain pemain Asia adalah adaptasi dengan kehidupan Eropa, baik kultur, makanan dan lain-lain. Bagaimana cara menghadapinya?
J: Bagi saya dulu adaptasi tidak ada masalah, karena ada pemain Korea Selatan yang sudah bermain di Eropa sebelumnya sehingga saya bisa terbantu. Tentu kondisinya berbeda dengan pemain dari negara lain. Ini memang tantangan tersendiri bagi pemain. Apalagi jika belum ada atau masih sedikit pemain senegaranya yang bermain di Eropa. Jadi biasanya kalau nanti sudah ada pemain Indonesia yang sukses di Eropa, maka generasi berikutnya akan lebih mudah karena bisa terbantu dalam hal adaptasi.
T: Berdasar pengamatan Anda, apa saja hal negatif di luar sepakbola yang bisa merusak karir pemain Asia di Eropa?
J: Banyak hal. Misalnya suka keluar malam hingga tidak menghiraukan jam istirahat, perilaku yang kurang baik, merokok, dan hal-hal lain. Akan ada banyak pengaruh seperti itu dan mungkin tidak hanya di Eropa saja. Saya tidak pernah terbawa itu, tapi saya yakin akan berpengaruh pada kemampuan seorang pemain. Sebab tak sedikit pemain yang gagal berkarir di Eropa walau kualitas skill-nya bagus. Intinya pemain harus profesional dan disiplin, mengatur perilaku, apalagi sebagai pemain dari luar Eropa yang dituntut membuktikan dirinya layak direkrut.
T: Anda sebelumnya sudah siap mental dan segalanya sebelum dulu berangkat ke Eropa?
J: Saya bahkan tidak menyangka sebelumnya bakal bisa bermain di Eropa (sambil tertawa). Tapi begitu berangkat saya waktu itu sangat siap mental dan mempunyai tekad tidak akan kembali pulang sebelum sukses di sana. Saya menyadari tidak akan mudah sebagai pemain Asia untuk bersaing di level atas Eropa. Saya tahu harus bekerja keras dan punya keyakinan yang kuat.
T: Apa yang dibutuhkan klub Eropa dari pemain-pemain belahan dunia lain seperti Asia?
J: Klub besar membutuhkan pemain dengan kualitas bagus, yang memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa pada sepakbola, total profesional, tidak mudah menyerah, pekerja keras, dan siap dengan segala situasi dan kondisi. Intinya bisa berkontribusi besar di dalam dan luar lapangan.
T: Ada pesan untuk pemain-pemain muda Indonesia?
J: Jangan pernah memandang sesuatu sebagai hal yang mustahil. Semuanya bisa dilakukan dengan bekerja keras dan profesional, serta optimis. Pemain dari mana saja bisa bermain di Eropa, termasuk di Manchester United. Dulu tidak ada yang pernah mengira saya bisa mengoleksi trofi Liga Inggris dan Liga Champion. Sama sekali tidak ada. Tapi kenyataannya saya bisa. Semua hal bisa terjadi di depan dan kita harus sudah siap menyambut itu.
T: Ngomong-ngomong, setelah pensiun apa aktivitas Anda?
J: Tidak ada. Saya menganggur. Menikmati hidup (tertawa lepas).
T: Kesan pertama Anda tentang Kota Malang?
J: Banyak sekali sepeda motor. Macet.